(Orang yang disebut guru) bukanlah orang yang engkau dengar (ceramah-ceramah) dari lisannya. Tapi, (orang yang disebut sebagai guru bagimu) adalah orang yang engkau ambil (banyak hikmah) darinya.

Bukanlah gurumu itu, orang yang penjelasan-penjelasannya dapat membimbingmu. Tapi, orang yang disebut guru bagimu adalah orang yang isyarat-isyaratnya berjalan di dalam dirimu.

Bukanlah gurumu, orang yang mengajakmu ke satu pintu. Tapi, yang disebut guru bagimu itu adalah orang yang (bisa) menyingkap hijab (penutup) antara dirimu dan dirinya.

Bukanlah gurumu, orang yang ucapan-ucapannya membimbingmu. Tapi, yang disebut guru bagimu adalah orang yang keadaannya (hāl-nya) dapat membuat jiwamu bangkit.

(Orang yang disebut guru bagimu) adalah orang yang bisa membuatmu keluar dari penjara hawa nafsu, dan mengajakmu masuk ke dalam naungan Allah. Orang yang disebut guru bagimu adalah orang yang senantiasa membuat cermin hatimu jernih, sehingga cahaya Tuhanmu dapat bersinar terang di dalam hatimu.

Dinukil dari kutipan Syaikh Abdul Qadir Isa, di dalam bukunya Haqaiq an al-Tashawwuf, hlm. 56

Selamat Hari Guru bagi semua Ustadz dan Ustadzah, semoga ilmu yang diajarkan senantiasa berkah dan menjadi wasilah kebaikan. Aamiin.